JAKARTA, – Mantan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Al-Suyuti ditangkap dalam operasi penangkapan habis-habisan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
KPK belum mengajukan gugatan terhadap Haryadi. Namun, penangkapan tersebut diduga terkait suap.
“KPK telah menangkap beberapa parpol yang diduga terlibat suap di Yogyakarta,” kata Pj Juru Bicara KPK Ali Fikri kepada , Kamis (2/6/2022). slot pulsa tanpa potongan
Selain Haryadi, KPK juga menangkap beberapa orang di Yogyakarta dan Jakarta. Dalam proses penangkapan tersebut, pihak Republik Demokratik Rakyat Korea mengamankan dokumen dan mata uang asing berupa dolar AS.
Saat ini, penyidik KPK sedang mengumpulkan informasi dari sejumlah orang yang ditangkap.
Seperti yang dikatakan Ferli Bahuri, “Sejauh ini rekan-rekan kami masih bekerja, jadi mohon luangkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.”
LHKPN menyiapkan 31 Maret 2021 untuk laporan reguler 2020.
Berdasarkan e-LHKPN KPK, asetnya sebesar Rp 10,5 miliar merupakan DIY senilai Rp 6327.000.000, terdiri dari 7 tanah dan bangunan di lokasi berbeda.
Selain itu, Haradi memiliki alat dan mesin transportasi berupa 8 sepeda motor dan 2 mobil senilai Rs 399.600.000.
Berikutnya adalah Rs 4.817.050.000 dalam bentuk barang bergerak lainnya, Rs 185 juta dalam bentuk tunai dan setara kas dan Rs 5.750.000 dalam aset lainnya.
Kekayaan Haryadi meningkat lebih dari Rp2 miliar dibandingkan kekayaannya saat menjabat Wali Kota Yogyakarta untuk kedua kalinya pada 2017. Pada 31 Desember 2017, LHKPN melaporkan Rp 8,3 miliar.
Sedangkan LHKPN mencatatkan aset sebesar Rs 6.289,011.000 ketika Haryadi pertama kali menjabat Wakil Walikota Yogyakarta pada 2006.
Haryadi baru saja pensiun dari Walikota Yogyakarta pada 22 Mei 2022. Ia digantikan sebagai Walikota Yogyakarta Sumadi.
Sebelum menjadi orang pertama di Yogyakarta, Haryadi mendampingi Wali Kota Heri Zudianto menjadi Wali Kota Yogyakarta dari 2011 hingga 2016.
Menurut laporan di situs resmi pemerintah Yogyakarta, Haryadi bersekolah di sekolah dasar di SDN II IKIP Yogyakarta, lulus pada tahun 1976.
Pria kelahiran 9 Februari 1964 di Yogyakarta ini melanjutkan pendidikannya di SMPN 5 Semarang hingga tahun 1980. Haridi menempuh pendidikan di SMAN 1 Yogyakarta dan lulus pada tahun 1983.
Haridi juga melanjutkan studinya di Jurusan Administrasi Publik pada Fakultas Sosial Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia menerima gelar sarjana pada tahun 1989.
Hardy sudah berorganisasi sejak masih mahasiswa. Dari tahun 1985-1987 menjadi ketua keluarga mahasiswa Fisipol Administrasi Negara UGM (1985-1987).
Setelah lulus dari UGM, Haryadi bekerja sebagai management trainee (1990-1991) di PT Bank Sampoerna International (Sampoerna Group) Jakarta. Kemudian ditempatkan di PT Finance Corpindonusa (Sampoerna Group) Jakarta (1991-2006).
Haryadi menjabat sebagai Direktur Corporate Finance and Government Relations di PT Finance Corpindo Nusa (Anggota JSE & BES) (Sampoerna Group) Jakarta (2000-2003).
Beliau juga tercatat sebagai anggota Komite Audit PT Indofarma (Persero) Tbk (2003) dan sebagai Sekretaris Perusahaan pada Dewan Direksi Tidak Terafiliasi PT Indofarma (Persero) Tbk-Jakarta (2003-2006).
Haradi juga aktif di Ormas Muhammadiyah. Pernah menjadi anggota Panitia Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah periode 2006-2014, dan pada tahun 2010 menjadi Ketua Seksi III Panitia Muktamar Abad I Muhammadiyah.